Ternate – Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi Maluku meminta pemangku kepentingan di Maluku Utara (Malut) untuk melakukan sosialisasi mitigasi bencana gunung berapi aktif, termasuk di Malut.
Di Ternate, Rabu, Kristianto, seorang Penyelidik Bumi Madya dari Kementerian ESDM, menyampaikan “Setiap gunung memiliki karakteristik masing-masing, namun dapat kita golongkan menjadi beberapa jenis, khusus di Malut, memiliki potensi bencana erupsi gunung api, tsunami hingga pergerakan tanah”.
Dia menjelaskan bahwa banyak gunung berapi aktif tersebar di seluruh Indonesia karena geologi Indonesia dikelilingi oleh letusan ring.
Untuk itu, proses mitigasi harus selalu dilakukan untuk menghitung kemungkinan bencana alam dan cara evakuasi saat bencana terjadi.
Sosialisasi tersebut dihadiri oleh Karoops Polda Malut, Dandim 1501/Ternate, Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi Maluku, Kepala Basarnas Malut, Kepala BPBD kabupaten/kota, Charles Han, akademisi dari Universitas Hawai, dan para Danramil, Kapolsek, BUMN, dan jurnalis.
Menurut Badan Geologi Kementerian ESDM, kubah lava muncul di bagian barat kawah Gunung Ibu di Pulau Halmahera.
Menurut Heruningtyas Desi Purnamasari, ketua Tim Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), kubah ini adalah yang pertama di Gunung Ibu.
“Memang ada kubah lava itu, terbentuk dari erupsi-erupsi sebelumnya, bukan terjadi dalam sekejap,” ujarnya.
Tonjolan berbentuk gundukan melingkar yang terbentuk dari ekstrusi lava kental yang terjadi secara perlahan dari gunung berapi dikenal sebagai kubah lava.
Karena magma keluar dari dalam bumi dan berinteraksi dengan udara di permukaan, kubah lava mendingin dengan cepat.
Tyas menjelaskan bahwa fenomena perpindahan titik erupsi dan perpindahan lubang letusan menyebabkan munculnya kubah lava di Gunung Ibu.