Ilustrasi cuci darah. (Foto: Getty Images/iStockphoto/saengsuriya13)
Jakarta—Kabar tentang banyaknya anak-anak yang menderita penyakit ginjal yang menjalani prosedur cuci darah di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) belum lama ini membuat heboh. Hal ini pasti mengejutkan karena mereka harus mendapatkan perawatan seumur hidup pada usia yang masih muda.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa kurangnya pendidikan masyarakat adalah penyebab utama tingkat kasus gagal ginjal dan masalah kesehatan ginjal lainnya. khususnya berkaitan dengan gaya hidup dan kesehatan ginjal.
Menurutnya, kebanyakan kasus gagal ginjal ditangani ketika menjadi kronis atau membutuhkan perawatan yang lama. Namun, pemeriksaan dini dan penerapan gaya hidup sehat yang sehat dapat mencegah gagal ginjal. Namun, beberapa kasus sebenarnya disebabkan oleh kelainan ginjal bawaan pada bayi sejak lahir.
“Jadi nggak langsung dia itu cuci darah. Itu pasti prosesnya bulanan, tahunan, atau mungkin juga dia memang ada kecacatan,” kata Menkes Budi ketika ditemui awak media, Selasa (30/7/2024).
Menkes Budi juga menekankan bahwa mengonsumsi minuman manis secara berlebihan adalah salah satu faktor yang meningkatkan risiko kerusakan ginjal di usia muda. Ia mengatakan bahwa anak-anak saat ini dapat dengan mudah mengonsumsi minuman manis secara berlebihan, yang pada akhirnya menjadi salah satu faktor risiko gagal ginjal di kemudian hari.
Dia menegaskan, “Orang tua harus mendidik anak-anak untuk mencegah konsumsi gula dan minuman manis oleh anak-anak saat ini.”
Dia percaya bahwa kondisi ini berpotensi berbahaya jika tidak diubah segera dan dapat memengaruhi pelayanan kesehatan.
“Menurut saya penanganan (cuci darah dan kerusakan ginjal) tidak akan pernah bisa ‘cukup’, kalau perilaku kita tidak diperbaiki,” tandasnya.
Sumber DetikHealth