Bendera nasional Lebanon (kanan) dan bendera Hizbullah. (ANTARA/Anadolu Agency /Furkan G¸ldemir/aa.)
Jakarta – Menurut laporan media Amerika Serikat Axios, mengutip keterangan sebuah sumber, ledakan alat komunikasi yang terjadi di Lebanon diduga digunakan sebagai taktik untuk mendorong Hizbullah melakukan kesepakatan.
Insiden ini menimbulkan spekulasi mengenai motivasi di balik serangan tersebut, yang bisa jadi bertujuan untuk menciptakan tekanan politik.
Dikabarkan, Serangan terhadap perangkat komunikasi kelompok Syiah Lebanon, Hizbullah, diduga merupakan taktik untuk mendorong Hizbullah memutuskan hubungannya dengan Hamas, dan membuat kesepakatan terpisah dengan Israel
Pemerintah Lebanon dan Hizbullah menuduh serangan tersebut didalangi oleh Israel.
“Tujuan (serangan tersebut) adalah untuk meyakinkan Hizbullah bahwa memutuskan hubungan dengan Hamas dan membuat kesepakatan terpisah untuk menghentikan permusuhan dengan Israel — terlepas dari gencatan senjata di Gaza — menguntungkan bagi mereka,” kata sumber tersebut seperti dikutip Axios.
Analisis menyebutkan bahwa tindakan tersebut mungkin dimaksudkan untuk memicu dialog atau negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat, meskipun cara yang digunakan sangat kontroversial dan berpotensi meningkatkan ketegangan.
Media lokal melaporkan bahwa unit protofon yang meledak dikirim ke Lebanon lima bulan yang lalu, hampir bersamaan dengan penyeranta yang meledak.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan dalam gelombang kedua ledakan perangkat komunikasi itu, setidaknya 12 orang tewas dan lebih dari 2.800 lainnya terluka. Dalam gelombang pertama, setidaknya 20 orang tewas dan 450 lainnya luka-luka.
Kejadian ini menunjukkan kompleksitas dinamika politik di kawasan tersebut dan pentingnya pendekatan yang hati-hati dalam merespons provokasi semacam ini.
Sumber Antaranews