Anggur Shine Muscat yang dijual di Pasar Badung dan di penjual buah pinggir jalan. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Jakarta – Daniel Johan, anggota Komisi IV DPR RI, menekankan kekhawatiran masyarakat tentang konsumsi anggur muscat. karena di Thailand ditemukan 14 residu kimia berbahaya dalam buah.
Daniel meminta pemerintah tidak hanya memastikan bahwa anggur muscat yang dijual di Indonesia aman, tetapi juga mendorong orang untuk memilih produksi lokal.
“Kami meminta Pemerintah untuk serius dan berkomitmen mengambil langkah preventif terhadap kasus anggur muscat ini. Kami merasa prihatin dan terus memastikan bahwa setiap produk pangan yang beredar di Indonesia aman bagi masyarakat,” kata Daniel dalam keterangannya, Kamis (31/10).
Hasilnya diumumkan oleh Thai Pesticide Alert Network (Thai-PAN) mengenai temuan bahwa residu pestisida melebihi batas aman pada produk anggur shine muscat yang dijual di negaranya. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar sampel mengandung residu kimia.
Dalam pemeriksaan tersebut, ada 50 residu kimia yang ditemukan, dan 22 di antaranya tidak diatur oleh hukum Thailand, seperti triasulfuron, cyflumetofen, tetraconazole, dan fludioxonil. Residu dari 14 bahan kimia berbahaya ditemukan pada konsentrasi di atas aman 0,01 mg/kg.
Pestisida sistemik seperti triasulfuron dan tetraconazole berpotensi menyebabkan efek buruk pada tubuh, termasuk masalah pada sistem pencernaan, gangguan pada sistem saraf, dan risiko penyakit kanker dalam jangka panjang.
Daniel meminta Pemerintah menaruh perhatian serius terhadap masalah ini.
“Pengawasan ketat terhadap produk pangan mutlak dilakukan, terutama yang berasal dari produk impor,” tegas Legislator dari Dapil Kalimantan Barat I itu.
Badan Pangan Nasional menyatakan bahwa anggur shine muscat yang dijual di Indonesia aman, tetapi pemerintah tengah melakukan pemeriksaan dan pengujian laboratorium terhadap sampel anggur premium asal Jepang.
Selama penyelidikan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahkan meminta masyarakat untuk membatasi konsumsi anggur shine muscat untuk sementara waktu. Diingatkan bahwa koordinasi lintas kementerian dan lembaga harus berjalan dengan baik.
“Termasuk Badan Karantina agar mencegah masuknya anggur muscat yang terkontaminasi. Jadi Badan Pangan, BPOM dan Badan Karantina memang harus bertindak untuk memastikan anggur muscat yang mengandung residu tidak beredar di pasar Indonesia,” tutur Daniel.
Komisi IV DPR, yang menangani masalah pangan dan pertanian, juga mendorong kerja sama antara BPOM, Badan Karantina, Badan Pangan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kesehatan. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa produk pangan yang beredar di masyarakat aman.
“Perketat prosedur pemeriksaan dan pengambilan sampel acak terhadap produk impor seperti anggur muscat ini, serta pengawasannya harus tegas,” ucapnya.
“Perlindungan kesehatan masyarakat harus menjadi prioritas utama dalam setiap kebijakan terkait produk pangan. Jangan sampai masyarakat Indonesia menjadi sakit di saat mengkonsumsi buah yang seharusnya menunjang kesehatan tubuh,” tambah Daniel.
Politikus PKB ini mendorong orang untuk lebih banyak mengonsumsi buah lokal. Produksi anggur telah meningkat secara signifikan dalam tiga tahun terakhir, menurut data dari Badan Pusat Statistik.
Produksi anggur Indonesia pada tahun 2022 mencapai 13.515 ton, meningkat dari 11.905 ton pada tahun 2020. Pada tahun 2023, produksinya mencapai 134.055 kwintal.
“Saya mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi buah lokal karena rasanya juga tidak kalah enak dari produk impor dan pastinya harga lebih murah. Selain itu, memilih buah lokal juga bisa membantu pergerakan ekonomi nasional dari sektor pertanian kita,” imbau Daniel.
“Maka peningkatan dan pengembangan produksi pertanian harus semakin dimaksimalkan. Kita bisa mengarahkan dengan fokus pada pengembangan kawasan hortikultura,” ujar dia.
Daniel menyatakan bahwa untuk menghasilkan kualitas dan produktivitas yang lebih tinggi, diperlukan pengetahuan dan keterampilan teknis dalam pengembangan pertanian dan budidaya buah yang baik. Selain itu, untuk memaksimalkan koneksi antara petani dan pelaku usaha buah, juga diperlukan untuk membangun jejaring.
“Jika ini bisa berjalan efektif, potensi pengembangan buah termasuk anggur di Indonesia tidak hanya menguntungkan petani dan pelaku usaha, tetapi juga membuka peluang bagi masyarakat yang ingin terlibat dalam dunia buah Indonesia,” pungkas Daniel.
Sumber Kumparan